عربي English עברית Deutsch Italiano 中文 Español Français Русский Indonesia Português Nederlands हिन्दी 日本の
Knowing Allah
  
  

Under category Abu Bakar as shiddiq ra.
Creation date 2007-11-20 04:09:45
Article translated to
العربية   
Hits 9784
kirim halaman ini ke teman anda
العربية   
kirim halaman ini ke teman anda Print Download article Word format Share Compaign Bookmark and Share

   

syubhat-syubhat (syubhat: hal yang tidak jelas) mengenai pengangkatan abu bakar ra. sebagai khalifah.

 

pendahuluan

      dari semua yang telah di sajikan, kita menemukan bahwa orang-orang yang mempunyai kepentingan tertentu tidak membuat mereka merasa takjub, bahkan semakin banyak dan bertambah kelompok dan golongan mereka, seperti syi'ah, sekuler, dan orientalis, mereka adalah orang-orang yang membuat syubhat-syubhat (hal-hal yang tidak pasti atau kebohongan), dan mereka memberikan aib atau memfitnah seluruh orang-orang terhormat dalam islam, seperti abu bakar ra., umar ra., ali ra., aisyah ra., sa'ad bin ubadah ra., dan selain dari mereka, di sini kita akan mencoba memberikan sebuah pertanyaan, sebagai berikut:

"jika bukan abu bakar ra. (yang berhak) sebagai khalifah, maka siapakah selainnya yang berhak?

      hal ini bukan hanya sekedar ide yang terlintas di benak saya, atau sekedar penawaran pandangan terhadap nama-nama yang lain (selain abu bakar ra.) akan tetapi pertanyaan ini (saya lontarkan), karena banyak kelompok-kelompok yang meragukan mengenai ke-khalifahan abu bakar ra., bahkan mereka mengajukan nama-nama yang lain (selain abu bakar ra. yang berhak menjadi khalifah) menurut anggapan mereka, dengan tujuan untuk memberikan aib terhadap ke-khalifahan abu bakar ra., serta untuk memberikan gambaran jelek terhadap generasi pertama (sahabat) yang mulia dan indah, dan masih banyak lagi tujuan-tujuan mereka yang lain.

      kaum orientalis banyak melakukan hal tersebut, kemudian metode mereka di ikuti oleh pengagum mereka dari  sebagian anak-anak muslim, demikian juga orang-orang syi'ah sering melakukan hal ini, mereka tidak hanya memberikan aib atau memfitnah ke-khalifahan abu bakar ra. saja, bahkan mereka juga memberikan aib (aib yang di buat-buat) mengenai ke-khalifahan umar, usman ra.

ada dua nama calon yang di sebutkan:

yaitu, pertama: ali bin abi thalib ra., dan kedua: sa'ad bin ubadah ra. pemimpin kaum al khazraj dan anshar.

      adapun sa'ad bin ubadah ra. kita telah menjelaskan mengenai keadaan beliau secara terperinci, dan kenapa beliau di calonkan sebagai khalifah? dan bagaimana orang-orang anshar tidak jadi merealisasikan pendapat mereka dengan tidak mencalonkannya? dan setelah hal tersebut mereka beralih mencalonkan abi bakar ra. sebagai khalifah? serta bagaimana mereka membai'at (seseorang) sementara diantara mereka terdapat sa'ad bin ubadah ra.?

      adapun mengenai umar bin khattab ra., tidak ada satupun yang menyebutkan namanya, kecuali abu bakar ra. sendiri  yang mengatakannya di saqifah, ketika abu bakar ra. di calonkan untuk menjadi sebagai khalifah, beliau mengatakan:

"kamu lebih kuat dari saya".

maka umar ra.  menjawab: "kekuatan saya bersama dengan kemuliaanmu".

      sementara pada umumnya orang-orang mengetahui bahwasanya abu bakar ra. di dahulukan daripada umar ra. dan umar ra. sendiri menolak untuk menjadi seorang khalifah jika abu bakar ra. masih ada, artinya beliau tidak mau mendahului abu bakar ra.

 

syubhat hak ali bin abi thalib ra. sebagai khalifah

      sekarang yang tersisa tinggal satu nama yang akan kita bahas dan diskusikan, yaitu seorang pahlawan islam yang agung yaitu ali bin abi thalib ra., beliau adalah seorang sahabat yang mulia, orang-orang syi'ah menyebarkan isu (kebohongan) bahwasanya beliau ra. lebih berhak menjabat sebagai khalifah daripada abu bakar ra., yang aku herankan ialah ide orang-orang orientalis yaitu mereka mencatat dalam kitab-kitabnya bahwa ke-khalifahan adalah hak yang di rampas dari ali bin abi thalib ra., bahkan orang-orang syi'ah sangat berlebih-lebihan dan melampaui batas mengenai ali bin abi thalib ra., mereka mengatakan bahwasanya ali ra. lebih berhak mengemban risalah daripada rasulullah saw., bahkan kelompok lain dari mereka lebih berlebihan lagi dari hal tersebut karena mereka menuhankan ali bin abi thalib ra., maha tinggi allah dari apa yang mereka lakukan.

      sikap mereka yang sangat berlebihan ini terhadap ali bin abi thalib ra. muncul di hari-hari terakhir pemerintahan usman bin affan ra., awal permulaan terjadinya fitnah, banyaknya orang-orang yang mempunyai maksud-maksud tertentu masuk ke dalam agama islam, mereka mencoba untuk meruntuhkan islam dari akarnya, banyak orang-orang yahudi dan majusi yang masuk ke dalam agama islam dengan maksud tertentu seperti dari satu sisi mereka ingin memisahkan umat islam atau negara islam menjadi dua kelompok yang tidak beraturan, dan di sisi yang lain mereka ingin memberikan aib atau memfitnah para sahabat rasulullah saw. yang mulia dalam islam.

      abdullah bin saba' adalah orang yahudi pertama yang menyebarkan ide kepada orang-orang untuk membuat kelompok (syi'ah) atau pendukung ali bin abi thalib ra., dan ia mengatakan bahwasanya ali ra. lebih berhak menjadi khalifah di bandingkan usman bin affan ra., bahkan lebih berhak dari abu bakar ra. dan umar ra., selain itu  abdullah bin saba' mempunyai bantuan dari kabilah-kabilah yang beraneka ragam, yang kesemuanya ingin menyerang islam dengan sebab yang berbeda-beda, dan pada umumnya mereka berasal dari negeri paris mereka adalah kaum yang telah termakan oleh dengki dan dendam di dalam hati mereka,   karena negara mereka di taklukkan oleh orang-orang muslim di bawah komando abu bakar ra., kemudian umar ra.

      sikap mereka yang sangat berlebihan kepada ali ra. masih tetap berlangsung sampai sekarang, kebanyakan orang-orang syi'ah mengatakan bersikap toleran (dalam artian) mereka beranggapan bahwa ke-khalifahan abu  bakar ra. dan umar ra. adalah sah-sah saja, karena boleh saja seorang yang mafdhuul (di muliakan) memimpin orang yang faadhil (yang termulia),  maksudnya mereka beranggapan bahwa ali bin abi thalib ra. lebih mulia daripada abu bakar ra., umar ra. dan usman ra., akan tetapi kepemimpinan boleh di pegang oleh orang yang tidak terlalu mulia.

       ide kelompok ini yang menganggap dirinya sebagai kelompok ali ra. tidak hanya di terdapat dalam syi'ah, akan tetapi juga di realisasikan oleh orang-orang orientalis, maka mereka menulis materi ini di kitab-kitab mereka, dan menjadikannya sebagai pembahasan dan penilitian secara tersendiri, kemudian ide ini berpindah ke sebagian orang-orang muslim yang menganggap diri mereka sebagai ahli sunnah, sementara mereka belajar melalui orang-orang barat, demi allah! saya telah membaca topik ini dalam sebuah kitab yang menggetarkan badan, hampir-hampir saja seseorang akan merasa mual terhadap orang-orang yang memfitnah dan memberikan aib terhadap para sahabat dengan gambaran seperti ini, dan senantiasa pikiran atau ide ini di pelajari di universitas-universitas islam dan barat.

 

 

suatu pertanyaan yang sangat penting yang terlintas di pikiran, sebagi berikut:

"kenapa abdullah bin saba' seorang yahudi dan selainnya yang menciptakan ide dan pikiran tersebut memilih nama ali bin abi thalib ra. yang mereka anggap sebagai orang yang paling berhak menjabat sebagai khalifah?

      kenapa mereka tidak memilih nama sahabat yang lain, bukankah sahabat sangat banyak?

      orang-orang tersebut berencana agar orang-orang tertarik dengan pribadi yang lain selain abi bakar ra., umar ra. dan usman ra., oleh karena itu  mereka harus mendatangkan sebuah nama  yang di inginkan oleh seluruh orang muslim secara umum, dan sangat menyayanginya, sebetulnya seluruh jiwa orang-orang muslim menyukai dan menginginkan para sahabat, hanya saja ali bin thalib ra. mempunyai dua keistimewaan yang membuat orang-orang yang mempunyai maksud tertentu (orientalis dan selainnya) memilih nama beliau ra. untuk hal tersebut.

      adapun hal yang pertama: beliau ra.adalah kerabat atau keluarga dekat rasulullah saw. karena ali ra. adalah anak pamannya (sepupu rasulullah saw.) dari bani hasyim, dan sangat dekat kepada rasulullah saw. di bandingkan abu bakar ra., umar ra. dan usman ra.

      yang kedua: beliau ra. adalah suami putri rasulullah saw. (menantunya), dan ayah dari cucu rasulullah saw. hasan dan husain putra fatimah ra. dan hal ini tidak di miliki oleh sahabat-sahabat yang lain, memang benar usman ra. telah mengawini dua putri rasulullah saw. (beliau mengawini  putri rasulullah saw. yang kedua setelah yang pertama meninggal), akan  tetapi beliau tidak mempunyai anak dari ruqayyah ra. dan ummu kultsum ra. yang akan membawa keturunan rasulullah saw.

      dengan  kedua keistimewaan ini maka mereka memilih ali bin abi thalib ra. untuk memanfaatkan namanya untuk memisahkan orang-orang muslim dalam dua kelompok besar yaitu syi'ah dan sunnah, dan senantiasa perpecaha ini berlangsung sampai sekarang.

      sebelum kita menjawab kedua hal ini, kami ingin mengatakan sesungguhnya kita tidak boleh merendahkan satupun dari sahabat-sahabat rasulullah saw. karena mereka semua adalah orang-orang yang mulia dan adil, hal ini tidak boleh membuat kita merendahkan derajat seorang sahabat yang agung seperti ali bin abi thalib ra. karena beliau ra. mempunyai kemuliaan dan keistimewaan yang kita tidak akan mampu menuliskannya dalam buku yang berjilid-jilid, beliau ra. adalah orang yang pertama masuk islam dari golongan anak-anak, beliau ra. mempunyai  posisi-posisi (keaktifan) yang terkenal dalam islam, dalam berhijrah, dalam setiap peperangan, dan beliau ra. sangat di cintai oleh rasulullah saw.

      ali bin abi thalib ra.mempunyai keaktifan atau sikap yang sangat agung walaupun setelah rasulullah saw. wafat, baik dalam pemerintahan abu bakar ra., umar ra., dan usman ra., jika kita memperhatikan hal ini dengan baik memikirkannya dengan matang, maka kita tidak akan merendahkan pribadinya, dan beginilah cara kita berinteraksi atau bersikap kepada seluruh generasi sahabat yang mulia tanpa ada pengecualiaan radhiyallahu'anhum ajma'in.

      sekarang kita kembali kedua hal yang menjadi keistimewaan ali bin abi thalib ra. di bandingkan dengan sahabat yang lain, yaitu kekeluargaannya dengan rasulullah saw. dan menikahnya dengan putri rasulullah saw. yaitu fatimah ra.

adapun hal yang pertama: hubungan kekeluagaannya dengan rasulullah saw.

apakah cukup dengan hanya   modal kekeluargaan sehingga seseorang di ajukan (di kedepankan) dari yang lain?

apakah sejarah rasulullah saw. mengisyaratkan baik secara dekat atau jauh bahwa hal ini (khalifah) akan di serahkan kepada kerabat keluarganya?

bukankah rasulullah saw. bersabda: "imam atau pemimpin-pemimpin akan datang dari orang quraisy".

      seandainya (rasulullah saw. lebih mementingkan keluarganya ) maka beliau saw. akan mengatakan kepemimpinan akan di pegang oleh bani hasyim, akan tetapi beliau saw. tidak menginginkan hal tersebut, dakwah islam bukanlah dakwah kabilah atau sukuisme, seandainya ke-khalifahan di serahkan kepada ali bin abi thalib ra. maka hal tersebut adalah suatu tindakan sukuisme, kemudian sejak kapankah kekeluargaan dan kekerabatan akan bermanfaat, sekalipun hubungan kekeluargaan tersebut dengan rasulullah saw.?

      bukankah kita telah menyaksikan paman rasulullah saw. yaitu abu thalib yang sangat dekat kepada rasulullah saw., akan tetapi ia tetap dalam kekafiran sampai beliau wafat maka ia di masukkan ke dalam neraka, sebagaimana yang di beritakan oleh rasulullah saw. mengenai hal tersebut?

      apakah mentalitas dan kecakapan dalam keluarga rasulullah saw. lebih tinggi dan unggul di bandingkan mentalitas dan kecakapan orang lain?

      di sepanjang hayat rasulullah saw. , beliau telah berusaha untuk menanamkan di dalam benak umat , bahwasanya seseorang dengan perbuatannya tidak mengandalkan keluarganya, jika seandainya seseorang memilih orang dari bani hasyim sementara terdapat orang lain yang lebih unggul kecakapannya dan lebih mulia, apakah hal ini akan di senangi rasulullah saw.?

      kami ulangi sekali lagi, hal ini semua tanpa ada keraguan tidak merendahkan derajat ali bin abi thalib ra., akan tetapi ketiga khulafaurrasyidin tersebut (abu bakar ra. umar ra. dan usman ra.) telah di sepakati oleh umat mengenai kemuliaan mereka, dan faktor kekerabatan atau kekeluargaan tidak bisa merubah kemuliaan tersebut untuk selamanya.

      kemudian apakah ali bin abi thalib ra. akan mengajukan dirinya melewati para sahabat-sahabat senior seperti abu bakar ra., umar ra. dan usman ra. sementara umur beliau ra. pada waktu itu baru sekitar 30 tahun beberapa bulan? di waktu rasulullah saw. meninggal umur ali bin thallb ra. sekitar 31 tahun, sementara abu bakar ra. umurnya pada waktu itu 61 tahun, benar! ada beberapa pasukan islam yang di komandoi oleh anak-anak remaja, akan tetapi komando pasukan islam  adalah permasalahan lain, dan pemimpin umat adalah hal lain (keduanya tidak boleh di samakan), tidak di ragukan lagi bahwasanya pengalaman-pengalaman telah terakumulasi  di dalam pribadi seperti abu bakar ra. yang bermanfaat bagi umat, selain itu umat tidak akan merugikan kemampuan para remaja, abu bakar adalah seorang pemimpin yang mengarahkan, menertibkan, berencana, dan seluruh umat menjadi pelaksana.

      hal yang kedua: pernikahan ali bin abi thalib ra. dengan fatimah ra. putri rasulullah saw. apakah hal tersebut bisa membuat beliau ra. (lebih berhak) untuk menjadi khalifah?

      jika rasulullah saw. tidak bisa membela fatimah ra. sedikitpun, dan dia tidak akan selamat kecuali jika beramal, apakah rasulullah saw. akan bisa membela menantunya, kecuali jika ia beramal?

      sebuah hadits di riwayatkan oleh imam bukhari ra. dari abi hurairah ra. ia mengatakan:

"rasulullah saw. berdiri ketika allah swt. menurunkan firmannya, yang artinya:

"dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (qs. asy  syu'araa': 214).

rasulullah saw. bersabda:

"wahai sekalian kaum quraisy, belilah diri kalian (selamatkanlah diri kalian masing-masing dari api neraka) karena saya tidak bisa membela kalian sedikitpun di hadapan allah swt., wahai abbas bin abdul mutthalib saya tidak bisa membela kamu sedikitpun di hadapan allah swt., wahai shafiyah bibi rasulullah saw. saya tidak bisa membela kamu sedikitpun di hadapan allah swt., wahai fatimah putri muhammad saw. mintalah hartaku sesukamu, saya tidak bisa membelamu sedikitpun.

      demikianlah rasulullah saw. menjelaskan bahwasanya hubungan kekeluargaan ini tidak akan di kedepankan atau di akhirkan pada kemuliaan orang-orang mukmin, kemuliaan dan keutamaan di antara manusia hanya di ukur dengan ketakwaan dan perbuatan amal sholeh serta kecakapan atau kepandaian, dan hal-hal lain yang di usahakan.

      orang-orang tidak akan di klaim sebagai orang yang mulia dengan hanya mengandalkan hal-hal yang bukan dari hasil usaha mereka, seperti nasab (keturunan), warna kulit, jenis, dan keadaan materi, dan selain dari hal-hal saling mengklaim lebih utama.

      boleh jadi hal ini adalah merupakan hikmah atau bagian dari hikmah yang karenanya tidak ada satupun dari anak laki-laki rasulullah saw. yang lama hidup, jika orang-orang menjadi pendukung ali ra. dengan cara yang seperti ini, dan mengangkatnya sebagai khalifah (yang hak dari abu bakar ra.) untuk memisahkan persatuan orang-orang muslim, maka apakah yang mereka akan lakukan dengan anak rasulullah saw. seandainya dia hidup, tidak di ragukan lagi bahwa kelompok syi'ah ini akan ikut berperan di dalamnya, dengan anggapan bahwa keturunan rasulullah saw. adalah suatu alasan untuk di ikuti, dengan maksud memisah-misahkan orang-orang muslim di bawah komando yang berbeda-beda.

      sebenarnya orang-orang yang menyebarkan permasalahan (syubhat-syubhat)  ini telah mengetahui bahwasanya mereka tidak mempunyai dalil yang kuat, oleh karena itu mereka mencari ke-khalifahan untuk ali bin abi thalib ra. dengan alasan kekeluargaan, hal tersebut adalah alasan yang tidak di terima dalam syari'at islam.

 

permasalahan mengenai harta warisan rasulullah saw.

      permasalahan ini berhubungan dengan diangkatnya abu bakar ra. sebagai khalifah, karena hal pertama yang di selesaikan oleh beliau setelah menjabat sebagai khalifah adalah hal ini, dan dari permasalahan ini menghasilkan beberapa sikap atau tindakan yang di salah artikan atau di rusak oleh orang-orang orientalis, begitupun oleh orang-orang yang sepaham dengan mereka, mereka memanfaatkannya untuk memfitnah para sahabat-sahabat yang mulia.

      rasulullah saw. telah meninggalkan sepetak tanah yang terletak di kota yang berada di luar madinah, dan yang tersisa dari 1/5 harta dari khaibar, kemudian setelah rasulullah saw. meninggal al abbas ra. dan ali ra. datang untuk mencari bagian abbas ra. dan bagian fatimah ra. putri rasulullah saw. dalam warisan rasulullah saw., maka abu bakar ra. berkata kepada keduanya, sebagaimana yang di riwayatkan oleh imam bukhari rahimahullah. sesungguhnya rasulullah saw. bersabda: "apakah kami akan mewariskan, apa yang kami tinggalkan adalah sedekah".

      kemudian abu bakar ra. mengatakan: "sesungguhnya keluarga muhammad saw. akan makan dari baitul mal ini, sesungguhnya saya tidak akan merubah sedikitpun keadaan sedekah rasulullah saw. yang telah di tetapkan di zaman rasulullah saw. agar saya mengatur hal tersebut sesuai dengan yang di lakukan oleh rasulullah saw.

. dalam riwayat bukhari rahimahullah yang lain abu bakar ra. mengatakan:

"saya tidak akan meninggalkan sesuatu yang telah di lakukan oleh rasulullah saw., kecuali saya akan mengerjakannya, karena sesungguhnya saya khawatir jika saya meninggalkannya sedikitpun dari perintahnya saya akan menyimpang".

      alangkah indah dan berwibawanya perkataan abu bakar ra., suatu ucapan yang indah, hal ini menerangkan tentang falsafah kehidupan abu bakar ra.

      ya allah swt.! karuniailah kami pemahaman seperti pemahaman ini, begitupun perbuatan seperti perbuatan ini, serta keikhlasan seperti keikhlasan ini.

      oleh karena itu, abu bakar ra. telah mengajar ali ra. dan abbas ra. mengenai hukum yang sangat penting, yaitu bahwasanya para nabi tidak mewariskan dirham ataupun dinar, dan harta yang mereka tinggalkan adalah merupakan sedekah, hadits yang sama telah di riwayatkan melalui abu bakar ra., umar ra., usman ra., ali ra., thalhah ra., zubair ra., sa'ad ra., abdurrahman bin auf ra., al abbas ra., aisyah ra., dan abi hurairah ra

      kemudian muncul sebuah pertanyaan yaitu: apakah penafsiran (maksud) dari menuntutnya abbas ra. dan ali ra. mengenai kewarisan?

apakah maksud dari permintaan fatimah ra. mengenai warisan ayahnya (rasulullah saw.)?

      ketika abu bakar ra. menolak memberikan ali ra. dan abbas ra. dari warisan rasulullah saw., maka ali ra. bersaksi dan memuji allah swt. kemudian mengatakan: wahai abu bakar ! sesungguhnya kami mengetahui kemuliaanmu, kemudian ali ra. menyebutkan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan mereka terhadap rasulullah saw. begitupun hak mereka, artinya ali ra. masih tetap meminta bagian isterinya dari harta warisan, maka abu bakar ra. mengatakan:

"demi yang jiwaku berada di genggaman-nya, sesungguhnya keluarga dan kerabat rasulullah saw. lebih saya senangi untuk saya menjalin silaturrahim daripada kerabat atau keluarga saya".

      artinya abu bakar ra. tidak memutuskan (silaturrahim) dengan kerabat atau keluarga rasulullah saw.,  akan tetapi beliau ra. memutuskan apa yang di anggapnya suatu hal yang benar.

       kemudian apakah penafsiran atau maksud dari pengulangan ali ra. meminta bagian warisan untuk isterinya fatimah ra. sementara beliau telah mengetahui hukumnya?

      ketika abu bakar ra. menolak permintaan tersebut, fatimah ra. menjadi sangat sedih dan marah, hal ini sebagaimana yang telah di riwayatkan oleh imam bukhari ra., maka fatimah ra. marah kepada abu bakar ra., dan ia tidak berbicara dengannya sampai di hari-hari terakhir kematiannya  (kita akan memperjelas hal ini di paragraf-paragraf selanjutnya supaya tidak di salah artikan) yaitu setelah 6 bulan dari kematian rasulullah saw. ,

      maka apakah maksud(penafsiran) dari kemarahannya terhadap abu bakar ra.?

      tentu saja orang-orang orientalis, syi'ah dan yang sepaham dengan mereka, mengambil hal ini sebagai materi dan  peluang yang sangat besar untuk memfitnah para sahabat, diantara mereka ada yang menuduh abu bakar ra. sebagai orang yang dzalim, karena tidak memberikan fatimah ra. bagiannya dalam harta warisan, dan di antara mereka ada yang menuduh abbas ra., ali ra. dan fatimah ra. sebagai orang-orang yang sangat cinta dunia dan mengusahakan hal tersebut, serta melakukan hal yang menyalahi syari'at karena menginginkan hal yang di larang oleh rasulullah saw., dan diantara mereka ada yang menuduh bahwa ali ra. tidak membai'at abu bakar ra. sebagai khalifah karena marah terhadap perlakuannya terhadap dirinya dan kepada isterinya, dan diantara mereka ada yang menuduh bahwa para sahabat saling berselisih mengenai masalah dunia dan bermusuhan karena hal tersebut,

      maka bagaimanakah penafsiran (penjelasan) yang sebenarnya? dan bagaimana menerima keadaan atau sikap yang saling tumpang tindih ini atau kacau?

      sebenarnya, suatu hal yang mustahil bahwa  ali ra., al abbas ra., dan fatimah ra., jika mereka menginginkan dunia dengan gambaran yang seperti ini, yaitu menyalahi syari'at dan menyalahi perintah rasulullah saw., sementara fatimah ra. telah mengetahui bahwasanya dari ahli bait dialah yang akan pertama sekali menyusul ayahnya (wafat), ia sangat mengetahui bahwa ajalnya juga akan segera tiba dalam waktu dekat, dan sangat tidak masuk akal jika ia masih sangat menginginkan materi keduniaan sampai ke derajat perselisihan dengan gambaran seperti ini.

      penjelasan yang rasional (secara mantiqy) mengenai hal ini ialah, di katakan: sesungguhnya abbas ra., ali ra. dan fatimah ra., mereka menginginkan warisan, agar mereka dapat mengaturnya sesuai yang pernah di lakukan oleh rasulullah saw., yaitu mereka ingin menafkahi keluarga mereka dengan makanan yang cukup, kemudian setelah itu mereka akan menyedekahkannya kepada orang-orang yang berhak dengan cara yang mereka inginkan, karena mereka menganggap bahwa keluarganya adalah yang orang yang paling berhak untuk mengatur hal tersebut, artinya mereka tidak ingin warisan tersebut untuk diri mereka masing-masing, akan tetapi mereka ingin mengatur dan membagi warisan tersebut kepada yang berhak menerima sedekah, hal inilah yang di pahami melalui sejarah orang-orang pilihan tersebut mereka adalah orang-orang terdahulu akan masuk surga.

      akan tetapi di sisi lain  abu bakar ra. menolak permintaan mereka, dan beliau ra. berinisiatif akan akan melakukan hal tersebut dengan dirinya sendiri, karena beliau mengatakan sebagaimana yang terdapat dalam musnad ahmad bin hanbal dan abi daud sesungguhnya rasulullah saw. menjadikannya (menyerahkan pengaturan hal tersebut) kepada siapa yang menjadi pemimpin setelahnya".

      artinya rasulullah saw. menyerahkan pengaturan hal warisan tersebut kepada khalifah yang memimpin setelah beliau saw. wafat,  tanpa memperdulikan apakah khalifah tersebut adalah abu bakar ra. atau orang selain dia, alasan mengenai hal ini sangat jelas, yaitu untuk menafikan atau menghindari syubhat (ketidak jelasan) apapun yang dapat memberikan aib terhadap kewarisan rasulullah saw., serta menutup pintu terhadap tuduhan mereka dengan menafkahkannya kepada yang bukan tempatnya, serta untuk menghindari hawa nafsu atau kepentingan-kepentingan pribadi.

      jika ahli waris sekarang adalah orang-orang yang sangat tinggi ketakwaannya (ahli bait) atau generasi sahabat, dan mereka akan mengatur hal tersebut sesuai yang dengan keinginan rasulullah saw. akan tetapi siapa yang tahu dengan ahli waris pada  generasi berikutnya yaitu generasi ke dua, ketiga dan keempat, oleh karena lebih utama jika harta warisan tersebut tetap berada di bawah pengawasan baitul mal kaum muslim, sehingga dapat di atur oleh khalifah di bawah pengawasan kelompok-kelompok besar kaum mukmin.

      akan tetapi fatimah ra. tidak memahami hal ini sebagaimana pemahaman abu bakar ra., demikianpula ali bin abi thalib ra. dan abbas ra., karena mereka juga berijtihad bahwasanya yang paling layak mengatur hal tersebut adalah mereka, oleh karena itu, mereka kecewa karena abu bakar ra. tidak mengabulkan permintaan mereka, sebenarnya tidak ada salahnya jika orang-orang muslim berijtihad kemudian mereka saling berbeda-beda pandangan dalam ijtihad mereka , akan tetapi kemarahan tersebut tidak mengeluarkan mereka dari adab atau etika atau akhlak islam, sebagaimana juga hal ini tidak mempengaruhi kepatuhan ali bin abi thalib ra. kepada abu bakar ra. sebagai seorang khalifah, dan juga hal ini tidak mempengaruhi interaksi  (hubungan baik) abu bakar ra. terhadap ali bin abi thalib ra. dan kepada fatimah ra.,

      pada pelajaran yang telah lewat kita telah menyebutkan beberapa bentuk interaksi (hubungan baik) di antara mereka, bahkan abu bakar ra. datang mengunjungi fatimah ra. di rumahnya ketika ia sedang sakit, dan beliau di izinkan olehnya untuk masuk setelah ali bin thalib ra. menyetujuinya, dan ia ridha dengan tindakan abu bakar ra., sebagaimana yang terdapat dalam periwayatan al baihaqi  rahimhullah artinya abu bakar ra. menentramkan jiwanya (perasaan fatimah ra.) sehingga beliau meninggal dalam keadaan ridha". hal ini adalah termasuk etika dan akhlak abu bakar ra. dan kelapangan dadanya, karena sesungguhnya ijtihad beliaulah yang tepat dan benar, karena beliau adalah seorang khalifah dan berhak untuk di patuhi kebijaksanaannya.

      dalam hal ini tidak ada jalan untuk menuduh bahwa abu bakar ra. egois dan cinta dunia, melalui sejarah beliau ra. hal ini adalah suatu hal yang sangat mustahil, lebih dari hal tersebut akal tidak menerima hal itu, karena abu bakar ra. dengan ijtihadnya tidak menerima para ahlu waris untuk mengatur warisan tersebut, maka secara otomatis beliau juga telah melarang putrinya aisyah ra. (sebagai isteri rasulullah saw.) akan hal tersebut, sementara fitrah atau watak manusia akan sangat menyayangi putrinya.

      ibn taimiyah rahimahullah menyebutkan dalam kitab minhaaju sunnah bahwasanya abu bakar ra. telah memberi ahli waris rasulullah saw. berlipat-lipat ganda hal warisan tersebut dari baitul mal orang-orang muslim, hal ini terjadi setelah allah swt. membukakan buat orang-orang muslim kabilah-kabilah orang arab setelah peperangan melawan orang-orang murtad, dan setelah mereka menguasai paris dan syam, kemudian setelah itu ali bin abi thalib ra. mengikuti metode abu bakar ra. ketika beliau menjabat sebagai pemimpin orang-orang mukmin, maka ali ra. tidak membagi harta peninggalan kepada ahlu waris rasulullah saw. akan tetapi beliau mengaturnya mengikuti cara abu bakar ra.




                      Previous article                       Next article





Bookmark and Share


أضف تعليق