عربي English עברית Deutsch Italiano 中文 Español Français Русский Indonesia Português Nederlands हिन्दी 日本の
Knowing Allah
  
  

Under category Pelajaran dan nasihat dari Sejarah Rasulullah saw
Creation date 2008-01-23 02:16:58
Article translated to
العربية    中文   
Hits 11934
kirim halaman ini ke teman anda
العربية    中文   
kirim halaman ini ke teman anda Print Download article Word format Share Compaign Bookmark and Share

   

 

lanjutan mengenai peperangan rasulullah saw. yang masih tersisa no/juz ke 4

ke tujuhbelas:

mengenai persetujuan rasulullah saw. dengan ide untuk menggali parit (khandaq), sementara hal ini belum pernah di lakukan oleh orang-orang arab sebelumnya, adalah bukti bahwasanya islam tidak mempersempit kekuatan karena ia mau mengambil faidah dari umat-umat yang lain (selain arab), dari percobaan-percobaan yang mendatangkan manfaat bagi umat, juga bagi masyarakat, tidak di ragukan lagi bahwasanya penggalian parit sangat berfaidah untuk menolak atau melawan bahaya yang akan di datangkan oleh para pasukan-pasukan yang bersekutu (ahzaab) terhadap madinah.

dan persetujuan rasulullah saw. dengan usulan ini, adalah bukti tentang kelunakan dan keramahan rasulullah saw., dan siapnya menerima hal-hal yang baik dari umat-umat atau bangsa-bangsa  yang lain, hal ini telah di lakukan oleh rasulullah saw. lebih dari sekali. ketika beliau saw. ingin mengirimkan suratnya kepada para raja dan penguasa, di katakan kepadanya: “sesungguhnya kebiasaan para raja yaitu mereka tidak menerima surat kecuali jika di stempel dengan nama pengirimnya”.

maka dengan segera beliau saw. memerintahkan seseorang untuk membuatkan untuknya sebuah cincin yang di atasnya tertulis: ”muhammad rasulullah”  artinya:  muhammad saw. adalah utusan allah swt., dan beliaupun saw. mencap suratnya dengan cincin tersebut, dan ketika datang para utusan dari segala penjuru arab setelah fathu makkah dan mengumumkan keislaman mereka, maka di katakan kepada beliau: “ya rasulullah! sesungguhnya diantara kebiasaan para raja dan penguasa ialah menyambut dan menerima utusan dengan pakaian yang bagus dan megah, maka rasulullah saw. memerintahkan seseorang untuk membelikan untuknya sebuah pakaian (hulla), dalam sebuah riwayat di sebutkan bahwa harganya sekitar 400 dirham, dalam riwayat yang lain di katakan: 400 unta, dan keesokan harinya rasullah saw. menyambut para utusan dengan pakaian tersebut.

demikianlah perilaku rasulullah saw. yang di utus dengan agama terakhir yaitu islam dan akan senantiasa terjaga sampai akhir zaman, sesungguhnya yang senantiasa beliau saw. perhatikan ialah kemaslahatan para pengikutnya dalam setiap waktu dan lingkungan, agar mereka mengambil faidah-faidah yang baik dari umat-umat atau bangsa-bangsa yang lain, jika hal tersebut tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama mereka (yaitu islam) begitupun dengan kaidah-kaidahnya yang umum. karena menolak hal tersebut adalah suatu kebekuan yang tidak di terima oleh tabi’at islam yang mengatakan dalam undang-undangnya yang kekal:

“…sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya”. (qs. az zumar: 17-18).

dan penolakan hal ini juga bukan tabi’at rasulullah saw., kita telah melihat beberapa contoh tentang faidah apa yang beliau saw. ambil dari bangsa-bangsa yang lain selain bangsa arab.

dan hari ini orang-orang mukmin melupakan hal tersebut, khususnya setelah orang-orang eropa bangkit dari dasar yang agung dalam islam,  yaitu mereka melaksanakan segala perbaikan yang di peroleh dari orang-orang selain mereka, yang mana orang-orang tersebut lebih butuh kepada hal tersebut, mereka tertimpa kelemahan, sehingga mereka menjadi orang-orang yang tertinggal sementara orang lain telah maju, allah swt. berfirman yang artinya:

“dan kepada allah-lah kembali segala urusan”. (qs. al hajj: 41).

 

ke delapanbelas:

di antara wasiat rasulullah saw. kepada pasukan islam dalam “perang mu’tah”  adalah merupakan ciri rasa kasih sayang kemanusiaan yang terdapat dalam peperangan islam. rasulullah saw. tidak membunuh orang yang tidak berperang, tidak menghina atau menyakiti orang yang di temuinya di jalan kecuali jika di desak oleh keadaan, dan para sahabat yang hidup setelah beliau saw. wafat serta orang-orang muslim senantiasa mengaplikasikan hal ini dalam berbagai masa.

setelah pengaplikasian wasiat rasulullah saw. ini, maka peperangan yang mereka lakukan adalah perang yang paling berbelas kasih yang di kenal oleh sejarah, para pasukan islam adalah pasukan yang sangat ramah di bandingkan dengan pasukan-pasukan perang yang lain.

sejarah telah mencatat lembaran-lembaran putih mengenai hal ini, sebagaimana ia mencatat lembaran-lembaran hitam untuk pasukan selain pasukan islam, dan senantiasa sejarah mencatatnya sampai sekarang.

siapa dari kita yang tidak mengenal keganasan pasukan salib ketika mereka membuka (menaklukkan) baitul muqaddas, dan rasa kemanusiaan serta kasih sayang yang di lakukan oleh pasukan salahuddin al ayyubi ketika memerangi penjajah orang eropa atau bangsa asing agar meninggalkan negeri muslim,  siapa dari kita yang tidak mengingat keganasan dan kekejaman para pemimpin pasukan salib ketika mereka menguasai beberapa ibu kota negeri muslim, seperti tarablis, al ma’rah dan selainnya.

dengan sikap ramah yang di lakukan para pemimpin pasukan islam ketika mereka mengembalikan negeri-negeri islam tersebut ke tangan orang-orang muslim dari kekuasaan para penjajah. sekarang kita hidup di masa kemunafikan orang-orang eropa, dengan alasan peradaban, rasa kasih sayang, rasa kemanusiaan, dan senang kebaikan untuk rakyat, bersamaan dengan hal ini mereka menghancurkan beberapa negara, menumpahkan darah orang-orang yang tidak bersalah  dan tidak bersenjata seperti orang-orang tua renta, para wanita dan anak-anak kecil, sungguh kita hidup –suatu hal yang sangat di sayangkan- di masa orang-orang israel menguasai tanah orang-orang palestina yang di rampas.

dunia mengenal perilaku-perilaku orang-orang yahudi yang mengerikan dan biadab di diryaasin, qabiyah, haifah, yaafa, ‘akaa dan di shafad serta selain dari tempat-tempat tersebut, bersamaan dengan hal tersebut, mereka menyerukan rasa kemanusiaan, sementara tingkah lakunya bertolak belakang dengan seruannya.

 kita bekerja untuk rasa kemanusiaan, bukan hanya sekedar dengan berpidato menggembar-gemborkan hal tersebut, karena kita adalah rakyat yang di dalam jiwa kita masing-masing terdapat kebenaran yang mempunyai prinsip-prinsip atau dasar-dasar akhlak  yang indah dalam perdamaian dan peperangan dan kita melaksanakannya dengan ketenangan hati dan jiwa.

sementara mereka tidak memeliki prinsip-prinsip tersebut di dalam diri mereka, mereka hanya berpidato untuk menggembar-gemborkan rasa kemanusiaan tersebut. dengan sikap yang munafik dan menipu, kita adalah rakyat yang beriman kepada allah swt. yang maha kuat dan maha penyayang, maka kekuatan kita tidak akan tercapai kecuali dengan kasih sayang, sementara mereka memandang dengan sifat kemunafikan dan mencela kita tentang sifat allah swt. yang maha kuat dan perkasa, mereka menganggap bahwasanya mereka mensifati-nya dengan cinta dan kasih sayang.

 namun kenyataannya tidak terdapat pengaruh atau bukti kasih sayang dan cinta ini di dalam hubungan mereka dengan rakyat, di dalam peperangan mereka dengan orang-orang muslim dan bersama dengan musuh-musuh mereka, sebaliknya peperangan kita lakukan demi untuk terciptanya kebaikan dan rasa kemanusiaan, kita adalah rakyat yang menepati janji, sedangkan mereka tidak melakukan peperangan kecuali untuk merampas dan menguasai hal-hal yang mereka inginkan.

bersamaan dengan hal ini, peperangan kita sekarang melawan mereka untuk membela dan mempertahankan tanah, hak dan kehormatan, dan kita tidak akan mungkin dapat menerapkan prinsip-prinsip kita (secara total) dalam berperang,  ketika menghadapi orang-orang yang tidak memahami prinsip-prinsip atau dasar-dasar kasih sayang, kehormatan dan rasa kemanusiaan.

akan tetapi kita sekarang harus tetap meneruskan memerangi mereka, dan berpegang teguh dalam peperangan kita melawan mereka dengan prinsip-prinsip rasul kita dan syari’at kita sampai allah swt. mengadili antara kita dengan mereka. dan dia adalah hakim yang seadil-adilnya.

 

ke sembilanbelas:

sesungguhnya pasukan jika tidak kompak dalam hal semangat, iman dan ke ikhlasan, bahkan diantara mereka ada yang kurang semangat, ada yang mengharapkan rezeki, dan ada yang lalai, hal ini tidak akan menjamin dia akan meraih kemenangan dari musuh-musuhnya.

sebagaimana yang terjadi pada perang hunain, demikianpula halnya dengan dakwah tidak akan mungkin bergantung dengan banyaknya orang yang bertepuk tangan atas dakwahnya, akan tetapi dengan jumlah orang-orang mukmin yang berani berkorban di jalannya.

 

ke duapuluh:

pelajaran lain yang bisa kita petik dari sejarah rasulullah saw. dalam peperangannya. yaitu sikapnya terhadap orang-orang yahudi, dan sikap orang-orang yahudi terhadap beliau dan dakwahnya, di permulaan rasulullah saw. menetap di madinah beliau saw. berusaha untuk mengadakan perdamaian dengan mereka, dan menjamin agama mereka, harta mereka, dan beliau saw. menulis sebuah surat perjanjian mengenai hal tersebut untuk mereka, akan tetapi mereka adalah kaum yang suka mengingkari janji, maka tidak lama kemudian mereka bersekongkol untuk membunuhnya, sehingga hal ini menjadi sebab terjadinya perang bani nadhir.

 kemudian mereka mengingkari perjanjiannya yang telah mereka sepakati dengan rasulullah saw. sehingga membuat keadaan orang-orang muslim semakin terdesak pada perang ahzab, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya perang bani quraidzah.

 kemudian mereka berkumpul dari segala penjuru dan mempersiapkan senjata dan membuat tipu muslihat, mereka berkumpul untuk memerangi madinah dan orang-orang mukmin yang ada di dalamnya dengan cara melanggar perjanjian, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya perang khaibar.

mereka adalah kaum yang tidak ada faidahnya berlaku baik dengan mereka, janji mereka tidak bisa di percaya, mempunyai sejarah yang tidak lurus, haruskah rasulullah saw. menanggung dan menderita dengan tipu muslihat mereka, pengkhianatan mereka, dan pengingkaran mereka terhadap janjinya sehingga beliau saw. dan para sahabatnya senantiasa hidup dalam suasana kegelisahan, ke hati-hatian, dan menunggu fitnah dan pesekongkolan? rasulullah saw. telah menjamin dengan kebijaksanaannya ketika hidup bertetangga dengan mereka (di madinah) batas-batas negaranya yang baru, dan dakwahnya menyebar di seluruh penjuru jazirah arab, kemudian setelah itu ke seluruh penjuru dunia, dan rasulullah saw. tidak mencela atau melanggar kebijaksanaanya atau janjinya yang telah beliau saw. sepakati dengan mereka, kecuali orang-orang yahudi itu sendiri yang melanggarnya, orang-orang yang fanatik, dan kaum penjajah.

 inilah sejarah orang-orang yahudi yang tercatat dalam sejarah setelah hal tersebut,  bukankah semuanya di warnai dengan persekongkolan, tipu muslihat, pengkhianatan, dan kerusakan? kemudian adapun sejarah mereka pada masa sekarang ini apakah berbeda dengan apa yang telah mereka perbuat sebelumnya? sebelum terjadi perang di palestina dan sebelum israel menjajahnya mereka melakukan tipu muslihat dengan kata-kata mereka yang manis mereka beralasan akan melakukan kerjasama saling tolong menolong dengan mereka orang-orang palestina, dan hasilnya tidak ada upaya untuk menyelesaikan permasalahan palestina.

 adapun setelah hal ini tidak ada lagi yang akan mau tertipu dengan mereka, dan tidak ada cara bagi kita untuk terlepas dari kejahatan mereka kecuali kita melakukan hal yang sama yang telah di lakukan oleh rasulullah saw. dalam berinteraksi dengan mereka aga kita merasa tenteram di negeri kita dan berusaha dengan baik untuk masa depan kita, dengan membawa risalah islam dan perdamaian kepada seluruh rakyat di muka bumi tanpa kecuali, hal ini adalah amanah yang kita harus laksanakan dengan penuh kejujuran dan iman kepada generasi baru, karena boleh jadi mereka mampu melakukan sesuatu yang lebih baik, yang tidak bisa di laksanakan oleh kita yang lemah.

 

ke duapuluh satu:

dalam perang mu’tah adalah pertemuan yang pertama kali antara orang-orang muslim dan orang-orang rum, seandainya orang-orang arab al ghassan tidak membunuh utusan rasulullah saw. yang beliau utus ke seorang gubernur di bashra, maka tidak akan terjadi konflik diantara mereka, akan tetapi terbunuhnya utusan rasulullah saw. yang di utus ke gubernur bashra adalah merupakan praktek permusuhan dalam seluruh undang-undang yang ada, dan hal ini menandakan bahwa mereka tidak baik untuk hidup bertetangga dengan mereka, dan kuatnya bukti tentang kejahatan orang-orang rum.

oleh karena itu rasulullah saw. berinisiatif untuk mengutus ekspedisi mu’tah atau pasukan, agar hal tersebut bisa menjadi peringatan bagi mereka dan para pemimpin rum, tentang kekuatan negara yang baru (islam),dan persiapan mereka untuk membela dirinya, sehingga para musuhnya tidak berpikir untuk menyerangnya.

 ketika pasukan muslim telah tiba di mu’tah mereka mendapati kumpulan orang-orang rum dan orang-orang arab yang tunduk dengan kekuasaan mereka (rum), para ahli sejarah memperkirakan jumlahnya sekitar 200.000 orang, dan saudara heraklius memimpin pasukan dan militer di ma’ab suatu tempat yang dekat dengan oman sekarang, yang membuat rasulullah saw. tambah yakin bahwa mereka memang berniat untuk memerangi negara yang baru berkembang (islam di madinah) dan melenyapkannya, karena mereka khawatir akan berdiri negara arab yang independen di dalam jazirah arab dan akan menjadi peringatan dengan berakhirnya penjajahan mereka terhadap negara-negara mereka dan memperbudak orang-orang arabnya yang tinggal di perbatasan-perbatasan negaranya di samping hijaz, demikianlah permulaan peperangan antara orang-orang muslim dan rum.

 

ke duapuluh dua:

dalam perang tabuk atau “al’usrah” terdapat tanda-tanda yang jelas terhadap refleksi dan reaksi sebuah iman yang jujur di dalam jiwa orang-orang mukmin, dengan bangkitnya semangat mereka untuk berperang dan mereka menginfakkan hartanya di jalan allah swt., serta keletihan yang mereka rasakan ketika berjuang di jalan allah swt. dan mencari ridha-nya.

oleh karena itu ketika terdapat tiga orang dari sahabat yang jujur dengan keimanan mereka  tidak mengikuti peperangan ini tanpa ada suatu alasan atau uzur yang benar, maka rasulullah saw. memerintahkan sahabat-sahabat yang lain untuk tidak bergaul dengan ke tiga sahabat tersebut, maka isteri mereka dan ayah mereka tidak berbicara dengan mereka apalagi orang-orang muslim yang lain, sehingga di antara mereka dari tiga orang tersebut ada yang sengaja mengikat dirinya di mesjid, sedangkan yang lain ada yang menahan dirinya di rumah, dan akhirnya allah swt. menerima taubat mereka, setelah orang-orang muslim mengambil pelajaran yang berharga mengenai orang yang meninggalkan menunaikan kewajiban tanpa ada uzur atau alasan yang benar, kecuali hanya untuk terhindar dari keletihan, dan bernaung dari panasnya terik matahari.

 

ke duapuluh tiga:

adapun “fathu makkah”, di dalamnya terdapat banyak sekali pelajaran dan nasihat, di dalamnya terdapat karakter rasulullah saw. sebagai seorang da’i yang tidak mempunyai rasa dendam terhadap orang-orang yang pernah melawannya, telah berlangsung peperangan yang panjang antara mereka (kafir quraisy) dengan rasulullah saw. yang berlangsung 21 tahun, mereka menggunakan segala macam cara untuk melenyapkan rasulullah saw. dan para pengikutnya serta dakwahnya.

ketika rasulullah saw. meraih kemenangan atas mereka, dan menguasai kota mekkah, beliau tidak menghukum mereka bahkan rasulullah saw. memberi ampun untuk mereka, dan memberikan mereka kebebasan, tidak ada satupun orang yang melakukan hal seperti ini dalam catatan sejarah, akan tetapi rasulullah saw. melakukannya.

 rasulullah saw. tidak mengingankan dengan dakwahnya sebuah kekuasan atau jabatan, akan tetapi allah swt. menginginkan agar beliau menjadi penunjuk jalan yang benar dan pembuka hati dan akal, oleh karena ini, rasulullah saw. masuk ke kota mekkah dengan bersyukur kepada allah swt., tidak sombong dan arogan sebagaimana yang di lakukan oleh sebagian pemimpin yang menaklukkan sebuah tempat.

 

ke duapuluh empat:

mengenai apa yang di lakukan oleh rasulullah saw. terhadap penduduk mekkah adalah sebuah hikmah yang lain, allah swt. telah mengetahui bahwasanya orang-orang arab akan membawa risalah-nya kepada seluruh alam, maka allah swt. membiarkan orang-orang mekkah tetap hidup dan mereka adalah pemimpin-pemimpin orang-orang arab agar mereka masuk ke dalam agama allah swt., dan agar mereka setelah hal tersebut, membawa risalah petunjuk dan cahaya allah swt. kepada rakyat, sehingga mereka mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyelamatkan rakyat yang di dakwahinya dari kesesatan, sehingga dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya allah swt.

 

ke duapuluh lima:

hal terakhir yang akan kita sebutkan dari pelajaran dan nasihat yang terdapat dalam peperangan rasulullah saw., yaitu pelajaran (‘ibrah) yang sangat berharga terhadap kemenangan yang di raih oleh dakwah allah swt. dengan pertolongan yang tidak pernah tergambar dalam akal pikiran, dan hal ini adalah dalil atau bukti yang paling besar bahwasanya muhammad saw. adalah utusan allah swt., dan islam adalah dakwah allah swt. yang telah dia jamin kemenangannya dan kemenangan orang-orang yang mendakwahkannya, serta orang-orang yang beriman dengan dakwah tersebut, juga orang-orang yang membawa bendera dakwah itu.

tidak mungkin allah swt. meninggalkan dakwah-nya sementara dakwah tersebut adalah benar, rahmat dan cahaya. dan allah swt. adalah hak, dia maha pengasih lagi maha penyayang, dan rahmat-nya meliputi segala sesuatu, dan allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi, maka siapa yang mampu memadamkan cahaya allah swt? kemudian bagaimana mungkin allah swt. akan meridhai kebatilan pada akhirnya mendapatkan kemenangan mengalahkan kebenaran, begitupun dia tidak akan meridhai kebiadaban, kekerasan dan kerusakan pada akhirnya meraih kemenangan mengalahkan  kasih sayang dan perbaikan.

rasulullah saw. dan para sahabatnya telah terluka di dua medang perang yaitu di uhud dan hunain, hal ini adalah bukti bahwa dalam berda’wah akan mengalami ujian, luka dan butuh pengorbanan, allah swt. berfirman yang artinya:

sesungguhnya allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-nya. sesungguhnya allah benar-benar maha kuat lagi maha perkasa”. (qs. al hajj: 40).

 




                      Previous article                       Next article




Bookmark and Share


أضف تعليق