Under category | Rasulullah saw. Sebagai seorang suami | |||
Auther | Ahmad kasem El Hadad | |||
Creation date | 2007-11-02 14:06:13 | |||
Article translated to
|
العربية English Français Deutsch Español Italiano Русский עברית 中文 हिन्दी | |||
Hits | 89789 | |||
kirim halaman ini ke teman anda
|
العربية English Français Deutsch Español Italiano Русский עברית 中文 हिन्दी | |||
Share Compaign |
rasulullah saw. mengajari umatnya dengan perkataannya tentang bagaimana cara berinteraksi atau bergaul yang baik terhadap isteri, sebagaimana juga beliau saw. memberikan contoh dengan perbuatan tentang hal tersebut, banyak sekali hadits-hadits yang shahih dari rasulullah saw. yang menjelaskan tentang hal tersebut, namun di sini saya hanya akan mengutip sebahagiannya saja, yaitu:
1. hadits yang di riwayatkan oleh imam bukhari dan muslim dari hadits abu hurairah ra. bahwasanya rasulullah saw. bersabda: aku mewasiatkan kepada kalian mengenai perempuan (peliharalah mereka) dengan baik, karena perempuan itu tercipta dari tulang rusuk (yang bengkok), dan sesungguhnya tulang yang paling bengkok yang terdapat pada tulang rusuk adalah bagian atasnya, jika kamu hendak meluruskannya (dengan cara paksa) maka kamu akan mematahkannya, sementara jika kamu membiarkannya maka ia akan senantiasa bengkok, maka aku berwasiat kepada kalian mengenai perempuan dengan baik”.
(hr. abu hurairah ra., hadits shahih, al muhaddits: bukhari, sumber: al jaami’ as shahih, hal/no: 3331).
dalam riwayat imam muslim di katakan bahwa: sesungguhnya perempuan di ciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dia tidak akan lurus dengan cara apapun, jika kamu bersenang-senang dengannya maka kamu akan bersenang-senang dengannya dalam keadaan ia seperti itu, dan jika kamu (paksakan) untuk meluruskannya maka kamu akan mematahkannya, dan patahnya adalah talak (perceraian)”.
(hr. abu hurairah ra., hadits shahih, al muhaddits: imam muslim, sumber: al musnad as shahih, hal/no: 1468).
maka perhatikan, bagaimana rasulullah saw. berwasiat mengenai mereka (perempuan) dan beliau saw. juga menjelaskan mengenai tabi’at (watak) mereka, supaya hal tersebut bisa menjadi faktor di terimanya wasiatnya, karena jika tabi’at seorang perempuan adalah bengkok, maka sudah semestinya seorang suami adalah bersabar menghadapi mereka, dan tidak bosan agar ia bisa berada di jalan yang lurus.
2. rasulullah saw. senantiasa mengulang-ulangi wasiat ini di setiap ada kesempatan, seperti rasulullah saw. mengucapkannya pada khutbah haji wada’, yaitu:
“aku berwasiat kepada kalian mengenai perempuan dengan baik, karena sesungguhnya mereka di sisi kalian adalah seperti pelayan, kalian tidak berhak atas mereka sedikitpun kecuali hal itu, kecuali jika mereka melakukan perbuatan yang keji dengan jelas, jika mereka melakukan hal tersebut maka berpisahlah tempat tidur dengan mereka, dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak mencederakan, jika mereka mentaati kalian maka janganlah kamu mencari-cari jalan (alasan-alasan) atas mereka, sesungguhnya kalian mempunyai hak terhadap isteri kalian sebagaimana isteri kalian mempunyai hak terhadap diri kalian, adapun hak kalian terhadap isteri kalian ialah dia tidak membiarkan seseorang mengambil hak kalian darinya dan tidak mengizinkan masuk kedalam rumah orang-orang yang anda tidak senangi, dan hak mereka terhadap kalian ialah memberikan mereka pakaian dan makanan (menafkahi mereka dengan cara yang baik)”.
(hr. ‘amru bin al ahwash, hadits hasan, al muhaddits: al baany, sumber: shahih ibn majah, hal/no: 1513).
rasulullah saw. senantiasa mengulangi wasiatnya ini (mengenai perempuan) untuk mengajarkan kepada mereka mengenai watak seorang perempuan sebagaiamana yang telah di jelaskan pada hadits di nomor sebelumnya, karena sebagian suami tidak mampu menghadapi hal tersebut yaitu orang-orang yang tidak mampu mengontrol dirinya ketika sedang marah, maka ia menuruti watak perempuan yang bengkok dan ia menceraikannya, sehingga bercerai berailah atau berantakanlah keluarganya.
3. oleh karena itu rasulullah saw. mengajari para suami dalam hadits yang lain untuk senantiasa bersikap dengan baik dengan keluarganya, yaitu: “ janganlah seorang mukmin (suami) memarahi mukminah ( isterinya), jika ia tidak menyukai dari isterinya salah satu perangainya, karena mungkin saja ia akan menyukai perangainya yang lain”.
(hr. abu hurairah ra., hadits shahih, al muhaddits: muslim, sumber: al musnad as shahih, hal/no: 1469).
4. rasulullah saw. bersabda kepada mereka: sesungguhnya diantara kesempurnaan iman orang-orang mukmin ialah yang berakhlak baik dan berlemah lembut terhadap keluaraga mereka”.
(hr. aisyah ra., derajat hadits: sanadnya shahih atau hasan atau yang mendekati ke2nya, tirmidzi mengatakan kami tidak mengetahui bahwa abu qilabah mendengarkan dari aisyah ra., al muhaddits: al mundziri, sumber: targhib wa ttarhib, hal/no: 95/3).
5. rasulullah saw. bersabda: sebaik-baik di antara kalian ialah yang terbaik buat keluarganya, dan saya berinteraksi dengan baik terhadap keluargaku”.
(hr. aisyah ra., sanadnya shahih, al muhaddits: ibn jarir at tabari, sumber: musnad umar, hal/no: 408/1).
6. rasulullah saw. bersabda: setiap sesuatu yang di dalamnya tidak terdapat zikir kepada allah swt. maka itu adalah hal yang sia-sia atau permainan, kecuali empat hal yaitu: seorang laki-laki berjalan di antara dua tujuan, mendidik kudanya, bersenang-senang dengan isterinya, dan belajar berenang”.
(hr. jabir bin abdullah al anshari atau jabir bin ‘umair ra., sanadnya bagus (jayyid), al muhaddits: al mundziri, sumber: at targhibu wa ttarhib, hal/no: 248/2).
dan masih banyak lagi hadits-hadits yang lain, yang menganjurkan untuk bergaul dengan baik terhadap isteri dan keluarga.
rasulullah saw. mendidik isterinya dengan baik jika hal tersebut di perlukan. dan bersamaan dengan pergaulan-pergaulan yang baik yang rasulullah saw. sendiri praktekkan kepada para isterinya (ummahatul mu’minin) seperti : kasih sayang, kelembutan dan kesetiaan, hanya saja hal tersebut bukan di setiap keadaan, karena rasulullah saw. adalah seorang yang bijaksana yang meletakkan setiap tindakan pada tempatnya yang sesuai dengannya, maka ketika di perlukan untuk bersikap ramah, penuh dengan kasih sayang dan kelembutan maka beliau melakukannya, akan tetapi jika yang di perlukan adalah kekerasan, didikan, atau larangan maka beliau melakukannya.
karena perempuan-perempuan terlahir dengan watak yang bengkok, mempunyai perasaan yang dalam, mereka membutuhkan kepada orang yang dapat meluruskannya, mendidiknya, oleh karena ini, allah swt. memberikan kepada suami tanggung jawab ini, allah swt. berfirman, yang artinya:
“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena allah swt. telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang ta’at kepada allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena allah telah memelihara mereka. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. sesungguhnya allah maha tinggi lagi maha besar”. (qs: an nisaa’: 34).
rasulullah saw. dalam bergaul dengan isteri-isterinya tidak mampu untuk memberikan nafkah yang lebih kepada para isterinya, supaya hal ini bisa menjadi teladan buat umatnya.
maka ketika isteri-isterinya meminta kepada beliau tambahan nafkah yang di luar dari kemampuannya, dan mereka ingin mendapatkan kehidupan yang lebih luas dan nyaman, maka allah swt. menurunkan wahyu dengan firman-nya:
“hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu : “jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) allah dan rasul-nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar”.(qs: al ahzab: 28-29).
maka rasulullahsaw. memberikan mereka pilihan dengan tetap bersama beliau saw. dalam keadaan nafkah sekadarnya, atau bercerai, maka allah swt. dan rasul-nya memberikan mereka pilihan sebagaimana yang di isyaratkan dalam hadits yang di riwayatkan oleh anas, ummu salamah dan ibn abbas ra. dalam kitab as shahihain dan kitab selainnya.
demikianlah rasulullah saw. senantiasa berusaha untuk berinteraksi dengan baik kepada para isterinya, dan tidak membiarkan mereka melakukan kekeliruan, karena hal tersebut terkait dengan masalah agama, akan tetapi beliau saw. senantiasa menasihatinya, membimbingnya dan bahkan memarahinya jika di butuhkan…hal ini sesuai dengan keadaan yang sesuai dengan hal tersebut.
hal ini menunjukkan kesempurnaan akhlak rasulullah saw. dan keseimbangannya, dimana beliau saw. menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang sesuai dengannya.
*wallahu a’lam bi shshawab