Under category | bagaimana cara kita mendidik anak-anak kita? | |||
Creation date | 2010-01-17 04:04:30 | |||
Article translated to
|
العربية English Español Русский | |||
Hits | 8882 | |||
kirim halaman ini ke teman anda
|
العربية English Español Русский | |||
Share Compaign |
membangun pribadi sosial / yang bermasyarakat
bagian 2, persiapan untuk menempuh masa depan yang akan datang.
persiapan ini tidak akan mungkin tercapai kecuali setelah menanamkan rasa kepercayaan di dalam diri seroang anak , dan membiasakannya untuk mengandalkan dirinya , menguatkan keinginannya, kebualatan tekadnya, serta mengembangkan bakatnya, ada beberapa hal yang bisa menjadi sarana untuk tercapainya hal ini, di antaranya sebagai berikut:
menghargai atau menghormati seorang anak
penghargaan ini akan membuat anak merasa terhormat dan di hargai dan tidak terhina, sekalipun dia gagal dalam satu aktivitas, bahkan menghormatinya adalah memujinya ketika ia sukses, meminta pendapatnya dalam beberapa hal tertentu, memakai pendapatnya yang benar, dan meluruskan dengan cara yang lemah lembut pendapatnya atau kelakuannya yang keliru[1].
jika salah satu dari kedua orangtua atau anggota keluarga mencaci atau memarahi anak, maka harus ada salah satu dari anggota keluarga yang melindungi anak, memberikan sikap percaya dirinya, memujinya, melarang anggota keluarga yang lain dari merendahkannya, karena hal tersebut akan membuat dia tidak percaya diri di masa yang akan datang, sehingga bisa saja ia membenci dirinya sendiri, dan ia siap untuk menyingkirkan idenya ketika orang lain sudah menolaknya sekalipun ide yang ia ungkapkan adalah benar, hal ini di karenakan kurangnya rasa percaya diri di dalam dirinya dan kurangnya penghargaan terhadapnya ketika masih kecil.
membebaninya dengan suatu pekerjaan
langkah pertama mengenai hal ini adalah: memanfaatkan keinginannya untuk mengandalkan dirinya ketika hendak melakukan sesuatu dan menguatkan rasa percaya dirinya. penilitian modern mengungkapkan bahwa seorang anak akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri di umurnya yang masih belia, maka ia akan mencoba makan sendiri, mencuci tangannya, menyisir rambutnya, memakai pakaiannya, dll, meskipun ia masih tetap memerlukan bantuan orang dewasa , seorang ibu harus membantu proses hal ini yaitu ketika anak sedang berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan dirinya sendiri , ia tidak boleh memarahinya kalau gagal, atau terlalu memanjakannya karena alasan sangat cinta[2].
langkah yang kedua ialah: membiasakan anak menyelesaikan urusannya sendiri, dan jika di rumah terdapat seorang pembantu maka ia perlu di ajari bahwasanya pembantu adalah untuk urusan rumah secara umum, sementara setiap anggota keluarga berusaha untuk membereskan kebutuhannya secara masing-masing[3].
langkah yang ketiga ialah: tergambar dalam beberapa hal, seperti: memberikan tanggung jawab untuk menjaga titipan, menyuruhnya menjual dan membeli, dan pekerjaan-pekerjaan yang lain sesuai dengan kemampuan seorang anak dan kekuatannya.
bergaul dengan orang lain karena kehidupan adalah ibarat suatu sekolah yang seorang anak tidak akan belajar atau paham tentang hal tersebut kecuali dengan praktek , maka biasakanlah seorang anak untuk menghadiri pertemuan-pertemuan, di temani oleh kedua orangtuanya untuk berziarah, dan menghadiri undang-undangan acara seperti pesta pernikahan, tentunya dengan syarat dan ketentuan yang di susun dengan rapih, mengapa hal ini harus di praktekkan? karena ada beberapa aspek kehidupan yang tidak akan dapat di pahami oleh seorang anak kecuali ia keluar dan bergaul dengan orang lain, namun terkadang ia datang dengan adat atau kebiasaan yang buruk atau akhlak yang buruk maka tugas oranng tua ialah mengatasi dan memperbaiki hal tersebut dengan segera[4].
adapun melarang seorang anak untuk keluar rumah secara mutlak adalah keliru karena hal ini akan membuat anak tidak akan dapat belajar akan banyak hal sehingga nantinya akan sulit untuknya beradaptasi dengan orang lain.
orangtua harus mengajari anaknya etika atau adab menghadiri pertemuan dan ketika berbicara, membiarkannya untuk mengandalkan dirinya, dan tidak menuntunnya untuk menjawab ketika anak tersebut di tanya, dan melarangnya untuk tidak memotong atau mencampuri obrolan-obrolan orang dewasa di tempat-tempat pertemuan[5].
menguatkan keinginannya dengan cara: membiasakan dia untuk bersabar dan menjauhkannya dari hidup yang serba mewah, seorang anak yang masih berumur satu bulan akan belajar bersabar ketika ibunya memperlambat sedikit untuk menjawab panggilannya ketika ia lapar atau haus, namun perlu di perhatikan jangan terlalu lama ‘memperlambat untuk memenuhi panggilannya’ sehingga tidak berbahaya untuknya[6].
tidak memenuhi seluruh permintaan anak tetapi juga harus di berikan beberapa fasilitas dalam artian bersikap sederhana agar anak tidak di rusak oleh kemewahan[7]. membiasakannya untuk tunduk kepada pengawasan yang baik dan melawan keinginannya yang sembrono, melalui tangannya (seorang ibu) seorang anak akan dapat belajar akhlak yang baik[8]dan dengan tunduknya dengan nilai-nilai moral yang ada maka anak akan dapat beradaptasi dengan masyarakat yang ada di sekitarnya[9].
akan lebih baik lagi jika orangtua mengajari anaknya adat-adat atau kebiasaan sosial (yang tidak bertentangan dengan syari’at islam), serta mengajarinya hal-hal yang berkaitan dengan syari’at [10]. sudah semestinya anak perempuan dan anak laki-laki berbeda, oleh karena itu sebagai ajaran dan didikan maka anak perempuan harus di larang untuk ikut bergabung dengan laki-laki yang sudah dewasa jika umur anak perempuan tersebut telah mencapai 4 atau 5 tahun serta melarangnya untuk terlalu banyak keluar dari rumah tanpa keperluan yang sangat mendesak, orang tua harus mengajari anaknya adab rasa malu, begitupun memakaikannya hijab (menutup aurat atau jilbab), mengajarinya pekerjaan rumah tangga dan setiap hal yang dapat membantunya untuk menjadi seorang isteri yang sholehah nantinya dan menjadi seorang ibu yang sukses[11].
seyogyanya seorang ibu bisa menjadi teman buat putrinya di rumah ia bekerjasama di rumahnya untuk membereskan tugas-tugas rumah, sementara seorang ayah bisa menjadi teman buat putranya keluar bersama untuk menyelesaikan sesuatu hal, pergi shalat secara bersama, dan lain-lain sebagainya, akan tetapi orangtua harus memperhatikan anaknya ketika seseorang hendak membawanya untuk bepergian bersama teman-temannya, karena terkadang ia akan bergantung kepada salah seorang di antara mereka khususnya jika orang tersebut adalah orang yang sudah dewasa yang sering membuat penyimpangan sementara anak-anak tidak memperhatikan hal tersebut.
wallahu a’lam bi shshawaab
--------------------------------------------------------------------------------
[1]lihat min akhthaainaa fi tarbiyati aulaadinaa oleh muhammad as sahim hal: 84-87, 111.
[2]lihat tashmiimul barnaamij at tarbawi li tthifl oleh yusriah shadiq dan zakariya syarbini hal: 49-50.
[3]lihat kaifa nurabbi ath faalunaa oleh mahmud al istanbuuli hal: 78.
[4]lihat manhaj tarbiyah islaamiyah oleh muhammad qutb hal: 405-408.
[5]lihat min akhthaainaa fi tarbiyati aulaadinaa oleh muhammad as sahim, hal: 74-87.
[6]lihat numuttifl wa tansyi’atuhu oleh fauziah diyaab, hal: 111-112.
[7]lihat kaifa nurabbi athfaalunaa oleh mahmud al istanbuuli, hal: 38-40.
[8]lihat tashmiimu barnaamij tarbawih li tthif oleh yusriah shaadiq dan zakaria syarbiini, hal: 53-54.
[9]lihat numu ttifl wa tansyi’atuhu oleh fauziah diyaab, hal: 114.
[10]lihat mas’uliayatu abu muslim fi tarbiyatil walad oleh adnan baahaarits, hal: 328.
[11]lihat tarbiyatul banaat fi baitil muslim oleh khalid as syantut hal: 54, 78-79.